Pasti ingin kan ketika Anda atau putra-putri Anda sedang melakukan suntik vaksin/imunisasi tidak merasakan sakit atau nyeri sama sekali. Apa benar mungkin ada cara hilangkan sakit saat suntik vaksin seperti itu? Tentu saja mungkin. Beberapa metode yang akan kami paparkan akan menghilangkan nyeri 100%, tetapi beberapa yang lain hanya akan mengurangi. Kami memaparkan bukti ilmiah medis dimana tiap rekomendasi akan terdapat level atau tingkatannya. Untuk itu sebelum dibahas masing-masing triknya maka akan kami jelaskan dulu definisi masing-masing tingkatannya. Di sini tingkatan tersebut dibagi menjadi dua kategori, yang pertama level of evidence (tingkat bukti) dan level of recommendation (tingkat rekomendasi).
Baik, untuk level of evidence dibagi ke dalam 5 tingkat. Level I adalah bukti dari penelitian-penelitian berbentuk Randomized controlled trial yang merupakan penelitian tertinggi di bidang medis. Level II-1 berasal dari penelitian-penelitian berbentuk Controlled trial tapi tidak diacak (without randomization). Level II-2 berasal dari penelitian-penelitian berbentuk Cohort atau Case control yang artinya tidak ada intervensi ke pasien hanya pengamatan. Level II-3 berasal dari penelitian-penelitian berbentuk perbandingan dari beberapa tempat atau waktu dengan atau tanpa intervensi. Level III berasal dari expert opinion atau pendapat para ahli yang sudah berpengalaman di bidangnya, jadi belum ada penelitian kuat untuk mendukungnya sehingga dianggap sebagai level of evidence terlemah.
Untuk level of recommendation dibagi ke dalam 6 tingkat. Level A adalah terdapat bukti yang bagus untuk mendukung pernyataan tersebut. Level B adalah terdapat bukti yang agak bagus untuk mendukung pernyataan tersebut. Level C adalah masih kontroversi apakah sebaiknya mendukung pernyataan atau tidak, sehingga faktor-faktor lain harus dipertimbangkan. Level D adalah terdapat bukti yang agak bagus untuk menolak pernyataan tersebut. Level E adalah terdapat bukti bagus untuk menolak pernyataan tersebut. Level I berarti tidak terdapat bukti yang cukup baik dari kuantitas maupun kualitas untuk membuat suatu rekomendasi.
Balik lagi ke topik utama kita. Lalu apa saja cara yang bisa kita lakukan agar kita terhindar dari nyeri saat suntikan. Ingat, saat suntikan, bukan setelah suntikan, artinya beberapa saat setelah suntikan bisa saja masih merasakan nyeri pada bekas suntikan. Berdasar pada systematic review tulisan Anna Tadio, dkk yang berjudul “Reducing the pain of childhood vaccination: an evidence-based clinical practice guideline” dan dipublikasi di CMJ (Canadian Medical Association Journal) pada tahun 2010, ada 18 cara yang bisa digunakan, tapi akan kami ambil 7 cara dengan bukti terkuat.
1. Breastfeeding atau pemberian ASI oleh sang ibu saat dilakukan penyuntikan vaksin.
Tentunya ini hanya berlaku untuk bayi di bawah 2 tahun ya. Diketahui bahwa ketika bayi sedang menyusu, terdapat efek analgesik (mengurangi nyeri). Breastfeeding dianggap memiliki beberapa aspek analgesik mulai dari memegang bayi, kontak kulit dengan kulit, pemberian sesuatu yang manis, dan aktivitas menghisap yang mana kesemuanya juga berperan dalam proses analgesik. Breasfeeding mempunyai level of evidence I dan level of recommendation A. Artinya pernyataan ini sangat kuat sekali kebenarannya. Breastfeeding sebaiknya dilakukan sebelum, selama, dan sesudah vaksinasi. Sebaiknya dimulai 1 menit sebelumnya. Permasalahannya adalah kada bayi sedang tidak ingin menyusu atau sang ibu sedang tidak ingin menyusui. Penggantian breasfeeding dengan minum susu melalui botol minuman sebaiknya jangan dipertimbangkan sebagai penggantinya, karena seperti sudah disebutkan sebelumnya bahwa breastfeeding memiliki beberapa aspek analgesik lainnya.
2. Sweet-tasting solutions atau pemberian cairan manis.
Mekanisme analgesik yang mungkin terlibat di dalamnya adalah pelepasan opioid endogen dan proses pengalihan perhatian. Disimpulkan bahwa sukrosa adalah analgesik yang efektif untuk bayi di bawah 12 bulan. Belum ada penelitian yang membandingkan antara breastfeeding dengan pemberian cairan manis tetapi breastfeeding tetap lebih diutamakan karena selain tidak membutuhkan biaya tambahan juga mendukung kegiatan pemberian ASI, selain itu breasfeeding mengandung beberapa aspek analgesik yang salah satunya juga memberikan cairan manis. Pemberian cairan manis ini juga mempunyai level of evidence I dan level of recommendation A. Cairan manis bisa dibuat dengan cara mencampurkan 1 sendok teh gula dengan 2 sendok teh air matang, kemudian berikan 1 sampai dengan 2 menit sebelum prosedur penyuntikan dengan menggunakan pipet atau spuit (tanpa jarum) pada sisi dalam pipi diantara gusi dan pipi. Jika anak menggunakan semacam kempeng atau teether bisa dicelupkan ke cairan manis juga dan berikan saat sedang dilakukan penyuntikan. Efek analgesik cairan ini bisa bertahan hingga 10 menit. Jika anak Anda juga mendapatkan vaksin rotavirus maka Anda tidak perlu memberikan cairan manis ini karena vaksin rotavirus sudah manis. Untuk melihat ilustrasi lengkapnya Anda bisa buka tautan berikut ini Pain management during immunization
3. Teknik injeksi intramuskular
Pada poin ini sebenarnya lebih ditujukan kepada petugas penyuntik vaksin. Saat ini melakukan aspirasi dan penyuntikan secara perlahan-lahan sudah tidak disarankan. Aspirasi biasanya dilakukan untuk memastikan bahwa suntikan tidak masuk ke pembuluh darah, sedangkan penyuntikan perlahan-lahan awalnya dimaksudkan untuk mencegah tegangan yang mendadak pada jaringan. Jika keduanya dilakukan secara bersamaan akan memperpanjang waktu kontak jarum dengan jaringan. Saat ini aspirasi tidak dilakukan pada injeksi vaksin karena prosedur lokasi penyuntikan vaksin tidak mendekati pembuluh darah besar, dan tidak terdapat bukti ilmiah bahwa tanpa dilakukan aspirasi akan beresiko membahayakan. Tidak terdapat definisi kecepatan penyuntikan tetapi beberapa peneliti menggunakan definsi penyuntikan perlahan-lahan jika kecepatan sekitar 5 sampai dengan 10 detik/mililiter. Teknik penyuntikan cepat dan tanpa aspirasi ini memiliki level of evidence I dan level of recommendation B. Artinya kita masih harus mempertimbangkan untuk menggunakannya.
4. Urutan penyuntikan vaksin.
Diketahui bahwa beberapa merek vaksin dikenal memiliki tingkat nyeri yang lebih tinggi saat disuntikkan. Hal ini tidak berlaku untuk merek lainnya sekalipun jenis vaksinnya sama. Dua merek yang sudah diketahui memiliki tingkat nyeri yang lebih tinggi adalah merek M-M-R-II (jenis vaksin MMR) dan Prevnar (jenis vaksin PCV/IPD). Untuk vaksin yang memiliki tingkat nyeri yang lebih tinggi sebaiknya diberikan terakhir, hal ini karena akan mempengaruhi ambang nyeri untuk penyuntikan berikutnya. Teknik ini memiliki level of evidence I dan level of recommendation B, sehingga kita masih harus mempertimbangkannya.
5. Pengalihan perhatian baik dari orang tua atau klinisi atau dari anak sendiri.
Sebenarnya ketiganya merupakan rekomendasi terpisah. Artinya terdapat rekomendasi untuk pengalihan perhatian oleh orang tua, rekomendasi untuk pengalihan perhatian oleh klinisi, dan pengalihan perhatian oleh anak itu sendiri. Tetapi ketiganya memiliki level of evidence I dan level of recommendation B. Bentuk pengalihan perhatian sangat beragam mulai dari menggunakan mainan hingga menggunakan video dan lain sebagainya. Sesuaikan dengan usianya.
6. Penggunaan anestesi topikal atau salep kulit penghilang rasa nyeri.
Rekomendasi ini sebenarnya sudah beberapa kali kami gunakan juga dan terbukti sangat berhasil bahkan pada dewasa. Kelemahan metode ini adalah pemberiannya harus satu jam sebelum penyuntikan, artinya sebelum ke tempat layanan sebaiknya sudah diberikan. Biasanya kami memberikan arahan sebelumnya dimana sebaiknya dilakukan pengolesan salep kulit tersebut. Sebelum pengolesan bagian yang akan disuntikkan sebaiknya sudah ditandai, kemudian setelah salep dioleskan ditutup dengan menggunakan dressing (semacam plester transparan kedap air) bawaan dari produk tersebut. Salep ini juga terbukti tidak mengurangi efektivitas dari vaksin itu sendiri. Teknik ini memiliki level of evidence I dan level of recommendation A, artinya teknik ini sangat dianjurkan untuk dilakukan. Saat ini baru beberapa merek yang sudah di uji cobakan untuk penelitian vaksinasi ini. Klinik Vaksinasi Raisha pun saat ini sudah mulai menyediakan bagi pasien-pasien yang memang membutuhkan bahkan untuk prosedur suntikan lainnya seperti pemasangan infus, suntik KB. suntik obat, dan pengambilan darah. Anda bisa menghubungi kami untuk menanyakannya lebih lanjut melalui kontak kami.
7. Teknik pernapasan.
Bernapas pelan dan dalam merupakan salah satu strategi relaksasi. Bisa juga dikombinasikan dengan meniup gelembung sabun, selain untuk mengurangi kecepatan napas juga bisa menjadi pengalih perhatian. Teknik ini bisa dilakukan sejak usia 3 tahun ke atas, bahkan dewasa. Teknik ini memiliki level of evidence I dan level of recommendation B, artinya sebaiknya kita menggunakannya.
Itulah tadi 7 fakta cara yang bisa Anda atau putra-putri Anda gunakan saat melakukan vaksinasi. Masih ada beberapa cara lain lagi tetapi dengan tingkat rekomendasi dan bukti yang tidak sekuat cara-cara di atas dan mungkin malah sebaiknya tidak dilakukan, seperti pemberian analgesik oral atau kompres dingin sebelum penyuntikan dan mengatakan “ini tidak akan sakit” kepada anak sebelum penyuntikan. Semoga tulisan ini bermanfaat.
Artikel terkait: DAFTAR HARGA VAKSIN / BIAYA IMUNISASI KLINIK VAKSINASI RAISHA